Pemerintah telah menargetkan 2019, pengerjaan jaringan transmisi pipa gas Perusahaan Gas Negara (PGN) selesai terpasang di Kota Dumai, baik untuk industri dan masyarakat. Masyarakat serta industri pun bisa menikmatinya. Sesuai semangat Nawacita Presiden Jokowi, tak ada yang tak mungkin sehingga membuat ekonomi daerah bangkit dan emak-emak bisa tersenyum.
RAHMI (45 tahun), ibu muda berprofesi sebagai penjual pisang goreng adalah sebagian dari suara emak-emak ikut tersenyum dengan dibangunnya dan pemasangan transmisi aliran pipa gas PGN Duri-Dumai sepanjang 67 Km dengan nilai investasi dikucurkan sekitar USD70 juta di Kota Dumai.
Semangat Nawasita, masa Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Muhammad Yusuf Kalla inilah membuat Rahmi dan emak-emak lainnya, bisa tersenyum lebar. Selain dagangannya laris manis, juga ia tak payah harus antre untuk mendapatkan gas buat keperluan mengoreng pisangnya, memasak, mengosok pakaian dan kebutuhan lainnya rumah tangga.
‘’Macam tak pecayo secepat ini. Sejak ada gas PGN, semuo tinggal colok, dah hidup. Kito pun tak was-was untuk memakainya. Terima kasihlah pak presiden. Untuk kami, tambah mudah cari duit dan tak perlu antre menunggu gas datang,’’ ungkapan kepolosan ibu tiga anak ini, senang dengan program gas PGN untuk rakyat dan sejahterakan ekonomi rakyat ini di Kota Dumai.
Proyek pembangunan jaringan pipa gas transmisi Duri-Dumai merupakan sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni antara PGN dengan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Gas (Pertagas) dengan merujuk pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 5975 K/12/MEM/2016.
Tepatnya, pada Juni 2017 lalu, kedua BUMN ini telah menandatangani Head of Agreement (HoA). Dari HoA tersebut, kedua pihak sepakat menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pembangunan Pipa Gas Bumi Ruas Duri-Dumai pada 10 November 2017 di Kementerian BUMN. Dengan kerjasama tersebut, PGN dan Pertamina sepakat membangun pipa transmisi sepanjang 67 km. Investasi yang dikucurkan sekitar USD70 juta.
Kemudian gas yang akan dialirkan ke jaringan pipa merupakan gas yang berasal dari Blok Corridor dikelola oleh ConocoPhilips di Sumatera Selatan. Selain itu, akan ada tambahan gas dari Blok Bentu yang dioperasikan oleh Energi Mega Persada (EMP). Jika jaringan pipa Duri-Dumai beroperasi total, maka pasokan gas yang akan mengalir ke jaringan pipa transmisi tersebut sekitar 200 juta kaki kubik per hari.
‘’Setelah penyaluran gas perdana tidak mengalami gangguan, maka selanjutnya ditujukan terlebih dahulu kepada pelanggan rumah tangga, industri, dan komersial yang berada di wilayah Dumai yang selama ini dikelola PGN,’’ ungkap Sekretaris Perusahaan, Rachmat Hutama melalui keterangan resminya usai PGN memulai pengaliran gas perdana (gas in) untuk jaringan pipa transmisi Duri-Dumai di Provinsi Riau, Sabtu (24/11 2018) lalu, dengan penuh rasa optimis dan senang.
Senada dengan itu, Walikota Dumai, H Zulkifli As menyampaikan dalam setiap kesempatan bertemu dengan warganya, kalau gas PGN memiliki keunggulan-keunggulan yang akan membangkitkan ekonomi masyarakat, keluarga dan daerah. Seperti disampaikannya, saat bertemu dengan warganya di Jalan Nelayan Laut, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat.
‘’Pemasangan perdana 100 sambungan gas ke rumah warga sudah dilaksanakan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Kota, karena pipa penyalurannya melintas di daerah tersebut. Daerah lain, akan menyusul,’’ kata orang nomor satu kota pelabuhan, industri dan jasa ini.
Apalagi kata Wako, untuk mendekati hati dengan masyarakat, khususnya kalangan emak-emak maka PGN telah membuat program namanya Program Sayang Ibu sebagai penjelasan manfaat gas PGN kalau digunakan untuk keluarga.
Tidak hanya sampai disitu, Wako juga sependapat dengan Rahmi (45 tahun), pemilik usaha pisang goreng yang mengalami peningkatan ekonomi keluarganya dan hasil penjualannya sejak memakai gas PGN. Apalagi pemakaian gas PGN juga aman dan murah. Aman karena pipa gas PGN didesain dan dibangun sesuai standar migas dan internasional spt API 5L dan ASME B 31.8. Dimana untuk pipa PGN terpasang desain tekanan pipanya berada satu kelas di atas tekanan desain pengaliran sehingga menambah keamanan sistem pipa gas tersebut bagi masyarakat.
Sedangkan untuk pemakaian murah, sebagai gambaran dimana kalau tabung gas 3 Kg digunakan masyarakat selama ini memiliki tekanan sebesar 4 bar. Sementara untuk gas yang dimiliki PGN disalurkan ke pemukiman masyarakat hanya memiliki tekanan 1 bar dan bahkan di bawah 1 bar.
Belum lagi dari sisi harga, jika selama ini dalam satu bulan penggunaan gas menggunakan tabung gas bisa mencapai Rp300 ribu perbulannya, maka dengan menggunakan gas PGN hanya akan menghabiskam biaya lebih kurang Rp100 ribu tiap bulannya. ‘’Terasa juga, hematnya. Dan uang yang selama ini untuk beli gas dapat diputar untuk keperluan lainnya,’’ hemat Rahmi lagi.
Manfaat kebangkitan ekonomi keluarga dengan keberadaan gas PGN sudah dirasakan sebagian masyarakat, demikian pula untuk Industri. Dalam salah satu kesempatan, Walikota Dumai H Zulkilfli As juga menyampaikan kepada Menteri ESDM RI Ignasius Jonan saat berkunjung ke Kota Dumai, manfaat kalau keberadan gas PGN akan makin memperkokoh Kota Dumai sebagai Kawasan Industri, Pelabuhan, Perdagangan dan Jasa untuk Provinsi Riau, Indonesia.
Untuk kawasan industri, Kota Dumai memiliki empat kawasan industri yang berskala strategis secara nasional yakni Kawasan Industri Pelintung seluas 5.084 Ha, Kawasan Industri Lubung Gaung seluas 2.158 Ha, Kawasan Industri Bukit Kapur 115 Ha dan Kawasan Industri Terpadu Dock Yard seluas 300 ha.
Dari keempat kawasan industri tersebut, maka yang mengalami kemajuan paling pesat adalah dua kawasan industri yaitu Kawasan Industri Pelintung dan Kawasan Industri Lubuk Gaung. Khusus Kawasan Industri Pelintung telah dibangun satu dermaga ekspor dengan kapasitas tiga kapal tanker sekali sandar dan telah pula dibangun pabrik pupuk NPK dan telah berproduksi diyakini menjadi pabrik pupuk NPK terbesar di Asia Tenggara.
Sedangkan untuk Kawasan Industri Lubung Gaung berada di Kecamatan Sungai Sembilan, dimana beberapa perusahaan besar bergerak di bidang perkebunan sawit dan turunannya sudah membangun pabrik seperti PT Sari Dumai Sejati (Asian Agri), PT Ivo Mas Tunggal (Sinarmas), PT Energi Sejahtera Mas (anak perusahaan Sinarmas Cepsa Pte Ltd) dan PT Energi Unggul Persada.
Sedangkan untuk pelabuhan telah dibangun pelabuhan penghubung untuk kegiatan ekspor impor di Pelabuhan Dumai terdiri dari 9 unit, 4 unit dimilki Chevron dan 5 unit milik pemerintah. Beberapa pabrik minyak dan pengolahan minyak dengan kapasitas 170.000 barrel per hari dan dapat menampung 850.000 barrel minyak per hari. Kota Dumai juga disebut sebagai gerbang ekspor minyak Indonesia. Pada saat ini, aktivitas ekspor gas sejumlah USD 426.123 juta per tahun.
Hanya saja memang, selama ini, perusahaan industri yang berada di Kawasan-kawasan Industri di Kota Dumai masih menggunakan cangkang sawit dan batu bara untuk proses pengolahan CPO dan rentan dengan polusi udara. Dengan adanya gas yang disediakan oleh PGN, akan membuat industri lebih ramah lingkungan sehingga Dumai tidak lagi dicemari dengan polusi udara akibat proses pengolahan CPO.
Walaupun memang, kehadiran kawasan industri merupakan salah satu syarat untuk mendongkrak kinerja perekonomian nasional. Setidaknya, kehadiran kawasan industri bisa mengembangkan potensi lokal serta keunggulan komoditas di daerah bisa mengikis kesenjangan. Sejauh ini, pemerintah telah melakukan pemerataan pembangunan dan mengikis ketimpangan.
“Kinerja ini, patut diapresiasi dan sejalan dengan program Nawacita yang diusung pemerintah guna membangun perekonomian nasional lebih berkualitas,” tegas Direktur Keuangan PGN, Said Reza Pahlevi dalam sebuah Seminar Nasional Himpunan Kawasan Industri (HKI) bertema Mengintegrasikan Pembangunan Infrastruktur Dalam Konsep Pengembangan Kawasan Industri Modern, di Jakarta, Kamis (1/11 2018).
Apalagi melalui Kementerian Perindustrian, terdapat target pembangunan 10 kawasan industri baru pada 2019. Tengat ini, belum jatuh tempo dan pada tahun ini telah beroperasi 10 kawasan industri plus tiga tambahan kawasan industri yang akan rampung hingga akhir tahun. Sedangkan kalau tidak digesa pembangunan transmisi pipa gas PGN maka sesuai dengan data sumber Kementerian ESDM diperkirakan Indonesia akan defisit gas di 2025. Artinya, produksi gas nasional tidak mampu mengimbangi kebutuhan gas di dalam negeri. Meski demikian, Kementerian ESDM akan mengoptimalkan produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Meski demikian, energi gas bumi, bisa menghubungkan antara satu wilayah ke wilayah lain di seluruh Tanah Air agar tingkat kesejahteraan tercipta secara adil. Artinya, gas bumi bisa digunakan untuk aktivitas perekonomian.
Selain, gas bumi lebih murah, lebih terjangkau, dan lebih mudah digunakan bagi masyarakat. Setidaknya ada dua aspek penghematan yang dapat dirasakan dari penggunaan jaringan gas. Pertama, penghematan pembayaran pelanggan. Kedua, penghematan subsidi. Bahkan, dengan semakin banyak rumah tangga yang memakai gas bumi maka konsumsi Liquified Petroleum Gas (LPG/elpiji) bisa ditekan.
Tetap saja, gas bumi merupakan energi murah. Tanpa disubsidi saja biaya untuk pemakaian gas bumi hanya separuh dari elpiji. Disamping, sambungan gas ke rumah tangga lebih praktis. Para ibu rumah tangga tak perlu repot-repot ke warung dan menggendong tabung gas ketika gas di rumah habis. Hasilnya, seperti dirasakan emak-emak yang sudah terpasang gas PGN ke rumah mereka seperti dirasakan ibu Rahmi. Selain itu, terpasangnya jaringan gas transmisi ke rumah tangga dan industri sesuai target 2019 di Kota Dumai maka akan memberi tonggak keberhasilan pembangunan ekonomi dalam mewujudkan Nawacitanya, Presiden RI Jokowi untuk mensejahterakan masyarakat. (dawami bukitbatu/www.dumaiposnews.com)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.