Bang Udin In Memori, Wartawan dan Seniman “Tak Banyak Kesah”

DUNIA pers Kota Dumai kehilangan salah satu sosok pekerja keras, bersahaja dan humoris. Kaharuddin bin Mustafa, 53 tahun, tutup usia, Kamis (7/3) malam di Ruang ICU RSUD Dumai. Sebelumnya, almarhum tidak sadarkan diri sejak Ahad (3/3) akibat pendarahan di otak.

Kabar duka yang tersebar di group Whatsapp malam itu, Kamis (7/3) menyentak banyak pihak.

Kongkowkuy

“Kita hanya berusaha. Kita sayang bang Udin. Tapi Allah lebih sayang bang Udin. Berpulang ke Rahmatullah saudara kita Kaharuddin bin Mustafa, Kamis malam 7 Maret 2019 pukul 22.55 WIB di RSUD Dumai,” tulis Kambali, Pemred Dumai Pos yang juga Ketua PWI Kota Dumai melalui pesan berantai dan group whatsapp.

Almarhum Kaharuddin meninggalkan seorang istri bernama Rozifah dan 3 anak dan 2 Cucu. Anak, yakni Fitri Khairani, Mahfiratul Umi dan Rendra Maulana Hakim. Sedangkan cucu bernama Shifa dan Imam.

Kalimat kita telah berusaha, menandakan betapa perjuangan keluarga dan rekan-rekan wartawan, khususnya anggota PWI Kota Dumai, agar Bang Udin, demikian dia disapa, berharap bisa sembuh. Mengingat berartinya bang Udin bagi mereka.

“Sejak terjun ke dunia media massa di Dumai, Bang Udin termasuk salah satu yang pertama kali saya kenal. Meski senior dan terpaut jauh dari sisi usia, namun dia tak pernah memandang rendah. Kalimat motivasi dan senda gurau selalu meluncur setiap kali bertemu,” kata Arizal Rahman, Wartawan Riau TV di Dumai.

Sebagai sosok yang berjiwa supel dan humoris, Kaharuddin dini lainya sebagai sosok yang tak pelit dalam berbagi ilmu. Bahkan untuk mengenalkan dan menemui narasumber, tak sungkan mengantar langsung dan bahkan menemani.

Kabar sakitnya Kaharuddin, sempat membuat beberapa wartawan terkejut. Lantaran beberapa jam sebelum Ahad (3/3) dinihari itu masih sempat berbincang dan saling berbagi informasi. “Barusan sore tadi kami saling ngobrol di WA soal liputan. Kok sekarang tiba-tiba tak sadarkan diri,” kata Taufik, wartawan Dumai Pos di Bengkalis pada Ahad (3/3) dini hari.

Teman-teman sekantor di Dumai Pos juga merasa terkejut. Sebab pada Jumat (1/3) masih bekerja sebagaimana biasa. Mengedit dan mengetik berita liputan karlahut di Rupat. Untuk diketahui, hampir sepekan Kaharuddin melakukan liputan Karlahut di Rupat memenuhi penugasan dari Dumai Pos.

“Tolong dikoreksi wak. Data ado semuo. Aku buru-buru nak ke Pakning. Ado keluargaku meninggal,” kalimat terakhir yang disampaikan ke jajaran redaksi Dumai Pos pada Jumat (1/3) sore itu.

“Bang Udin memang salah satu pekerja keras. Setiap penugasan yang diberikan selalu tuntas. Tak peduli jauh. Tulisannya juga enak dibaca. Terakhirnya penugasannya kebakaran Hutan dan Lahan di Pulau Rupat,” ujar Bambang Rio, Wapemred Dumai Pos.

Pemimpin Redaksi yang juga ketua PWI Kota Dumai, Kambali mengakui dedikasi Kaharuddin di profesi yang digelutinya begitu total. Mengawali karir sebagai penulis lepas di sejumlah majalah pada tahun 1998 sampai tahun 2000. Selain berita, juga mengisi halaman sastra berupa puisi dan cerpen.

Tahun 2000 rutin mengirim berita ke Harian Riau Pos Radar Dumai. Hingga akhirnya bergabung dengan Dumai Pos pada tahun 2001 sebagai reporter. Terus belajar jurnalistik secara otodidak dengan membaca buku dan diskusi dengan wartawan senior seperti Suseto.

Hingga karirnya sebagai redakdur Dumai Pos dan terakhir sebagai Kepala Biro Rupat.
Kecintaannya akan seni dan sastra, mengantarkan Kaharuddin tak hanya dikenal sebagai wartawan. Ia sering didapuk mengisi panggung seni dan sastra. Terkhusus sajak dan puisi yang paling diminatinya.

“Selamat jalan saudaraku Kaharudin Mustafa. Seniman Dumai yang tak banyak kesah. Terlalu banyak kenangan bersamamu bang Ujang,” tulis seniman Dumai, Arul, di laman Facebooknya.

Sejumlah wartawan menyebut, selain sosok yang cepat akrab dengan siapa saja dan humoris, Kaharuddin juga dikenal sebagai sosok yang tak banyak kesah namun tetap memiliki prinsip. Dia adalah sosok yang bijaksana dan pemapar cerita yang menarik dan menyenangkan.

“Terkesan tidak serius dan murah senyum, Bang Udin selalu mampu mencairkan suasana melalui seloroh atau cerita lucu,” ujar Iwan, wartawan Go Riau.

“Kalau bercerita selalu penuh semangat. Tapi ujung-ujungnya tetap tertawa. Bahkan cerita motor mogok kehabisan BBM karena tak ada duit tak menyurutkan langkah untuk memburu sumber berita,” ujar Yonrizal Solihin, Pemred Bengkalis Ekspres.

Pergaulannya yang luas dengan sumber berita, terbukti menajamkan sudut pandangnya dalam menempatkan sebuah peristiwa dalam bingkai yang lebih luas. Dari segala kelebihan dan kekurangannya, beberapa hari hari sebelum koma, bang Udin sempat membagikan pesan moral keberapa rekan-rekannya.

Umur itu seperti es. Dipakai atau tak dipakai, ia akan mencair. Hal perlu dilakukan adalah selalu tersenyum dan berfikir positif. Kita tak mungkin berbalik menjadi muda lagi. Kita akan menjadi tua, sakit dan mati. Jalani hidup ini dengan sabar dan santai. Jangan suka mau menang sendiri. Jangan suka menyakiti sesama. Jangan suka mengeluh. Jangan suka mencela. Hiduplah dengan ceria. Bertemanlah dengan apa adanya, bukan karena ada apanya.

Kematian adalah bagian dari kehidupan, jadi jangan terlalu dipikirkan, kata seorang bijak. Tapi kali ini tetap saja, meninggalnya Bang Udin mengundang ratapan dan kehilangan bagi kami. Kehilangan canda tawamu yang menghibur kami. Selamat Jalan Bang Udin, semua kebaikanmu tetap kami kenang.

Editor : BAMBANG RIO

Reporter : MISWANTO