Perekonomian Di pesisir Kota Industri, Buruh Bongkar Muat, Kini Mencari Ikan

Ditengah trik matahari menyengat, seorang lelaki mengayung sampan, dengan jaring seadanya tidak membuat yung berhenti mengayuhkan dayung sampannya. Menyisir tepi Sungai menuju ke Laut menjadi pilihan hidup seorang pria bernama Yung.

Laporan: Angga Putra, Dumai

Panasnya matahari dipesisir tak melemahkan semangat seorang lelaki yang kerap disapa Yung, untuk terus mengayuh sampan kecilnya yang terbuat dari kayu di Sungai Dumai.

Pekerja itu beralih menjadi nelayan di Sungai Dumai sejak aktivitas bongkar muat di pelabuhan rakyat di Sungai Dumai tidak lagi ramai.  Yung adalah Warga Jalan Nelayan kini dengan jaring kecil, ia pergi mendayung sampan dengan jaring kecil, jaring dibentang di Kuala Sungai untuk mendapatkan ikan kecil.

Ikan-ikan yang didapatkan bukan untuk di jual, melainkan hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk kebutuhan lainnya, ia juga bekerja sebagai pengisi minyak BBM kapal. Menjadi seorang nelayan atau penjaring ikan pun tidak semudah apa yang dibayangkan,jaring di bentang sampan dikayuh sengatan mata hari siang siap menemani dan membuat kulit- kulit menghitam.

Memang tidak mudah bagi Yung untuk mendapat ikan di kuala Sungai Dumai tersebut belum sampah di dasar sungai yang sangat banyak hal ini juga menjadi salah satu kendala baginya.
Namun dirinya tidak patah arang dengan berbekal ototnyanya yang kuat sampan itu terus ia kayuh mencari tempat untuk merentang jaring berharap ikan – ikan dapat tersangkut dijaring yang ia pasang.”Sekarang ekonomi susah, aktivitas bongkar muat sudah tidak ada lagi, makanya untuk kebutuhan makanan saya mencari ikan,” ujarnya pria berumur 41 tahun itu.

Ia mengatakan jika berlebihan barulah, ikan yang didapatkan di jual, itu pun tidak banyak. “Paling dapat uang sekitar Rp 20 ribu sampai Rp30 ribu, untuk tambahan,” terangnya sembari berbincang kepada Dumaipos.  “Dulu adanya kegiatan bongkar muat bisa menunjang ekonomo masyarakat tempatan, hingga kini bongkar muat memang jadi harapan kami, karena banyak masyarakat yang bergantung dengan kegiatan itu,” ujarnya. Kamis (13/6).

Hal yang sama juga disampaikan oleh buruh lainnya, Anton, ia berharap aktivitas pelabuhan kembali berjalan seperti dulu. “Dulu cari uang Rp100 ribu perhari sangat mudah, tapi sekarang mau cari untuk uang kopi dan rokok saja susah,” sebutnya.

Pria yang saat ini bekerja sebagai tukang ojek di pelabuhan ini menyebutkan sejak aktivitas bongkar muat sembako di Pelabuhan tidak aktif lagi perekonomian masyarakat cukup susah. Begitu juga pedagang makanan yang sebelumnya dapat menghidupkan anak bini, namun kini harus banting stir untuk bisa mendapatkan uang demi kelangsunggan hidup keluarganya.

Perlu disadari semua pihak, keberadaan aktivtas bongkar muat di pelabuhan yang sebelumnya ada di pelabuhan rakyat, namun kini semua tinggal cerita. Tidak sedikit dulu masyarakat yang gergantung hidup mereka dari aktivitas bongkar muat, namun entah kapan aktivtas itu akan kembali terulang.

Editor : Bambang Rio