Berdayakan Anak-Anak Putus Sekolah, Terima Orderan Wearpack dari Luar Riau

DUMAIPOSNEWS.COM – Berawal dari kegigihan Suci Sustari (43) yang tak mengenal putus asa terus mencari cara, peluang, bagaimana bisa bertemu dengan orang-orang berwenang di PT CPI (sebelum diambil alih PT PHR) dalam upaya mendapatkan bantuan CSR (Coorporate Social Responsibility) sekitar 17 bulan lalu. Perjuangan itu tidaklah sia-sia. Malah membuahkan hasil yang luar biasa, bahkan melebihi ekspektasi. Bukan hanya bagi Suci Sustari pribadi, namun juga bagi puluhan tenaga kerja lokal yaitu anak-anak perempuan putus sekolah khususnya serta ibu-ibu rumah tangga yang kini bekerja bersamanya di Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rumah Jahit Lestari, beralamat di Jalan Asrama Tribrata, Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau.

“ Sebelum KUB Rumah Jahit Lestari ini berdiri, awal-awal sekali kita memulainya dari Balai Latihan Kreativitas Anak Melayu Sakai (Bekams), tempat saya bergabung. Di situ saya bersama kawan-kawan mencari cara bagaimana anak-anak yang putus sekolah terutama anak perempuan bisa punya keahlian menjahit. Sebab di Duri ini biasanya orang-orang yang mau bekerja pasti yang ditanya ijazah. Sedangkan menjahit itu tidak ada hubungannya dengan ijazah,’’ sebut Suci Sustari memulai ceritanya saat ditemui di ruko tempat usaha KUB Rumah Jahit Lestari, Kamis (13/10/22) siang.

Kongkowkuy

Berbekal basicnya sebagai pendidik/dosen, bahkan mampu berbahasa Inggris dengan baik, Suci memanfaatkannya untuk berkomunikasi dengan orang-orang penting di PT CPI, kala itu. Sebelum pindah ke Duri 3 tahun lalu dari Palembang, Suci memang sudah terbiasa bergaul dengan orang-orang perusahaan besar di sana, dan mengerti seluk beluk dunia BUMN (Badan Usaha Milik Negara) serta peluang-peluang yang bisa diambil dari perusahaan-perusahaan yang pasti memiliki CSR. “ Waktu itu saya ‘mengejar-ngejar’ Manager Coorporate Affairs Asset North. Diperkirakan sejak Januari 2021 sampai dieksekusi bulan Mei 2021. Kami ketemu, proposal itu sampai juga ke tangan beliau. Beberapa minggu kemudian saya ditanya jawab sampai akhirnya direalisasikan,’’ kenang Suci Sustari sambil tersenyum.

Ketika sampai di Duri, Suci mempunyai bercita-cita ingin mendirikan rumah belajar PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk membantu siswa putus sekolah mendapatkan ijazah paket A, B dan C, pemberdayaan ekonomi kreatif, dan membuat sanggar seni. Namun dari sekian item yang disebutkan dalam proposal, usaha menjahitlah yang akhirnya dikabulkan PT CPI dalam bentuk bantuan mesin jahit.

Di sela-sela wawancara, Suci selaku penanggungjawab KUB Rumah Jahit Lestari dari tempat duduknya masih sempat memberikan arahan dan petunjuk apa yang harus dikerjakan anggotanya. Suci beberapa kali berjalan mengecek pekerjaan anak-anak asuhannya. Sesekali Suci mengeluarkan kata-kata candaan untuk merilekkan suasana. Di ruangan ruko yang terlihat bersih dan tertata rapi itu tampak kesibukan yang teratur. Setidaknya ada 6 orang perempuan muda, 3 orang pria remaja yang telaten mengerjakan tugasnya masing-masing.

Pada tahap awal memulai usahanya, Suci kembali bercertia, ia hanya mampu menyewa satu ruko, memaksimalkan 5 unit mesin jahit bantuan PT CPI. Luar biasanya hanya dalam tempo 17 bulan, ia mampu menyewa tiga berderetan dengan jumlah tenaga kerja 41 orang, terdiri dari 7 tukang jahit (tinggal di ruko), 14 orang ibu-ibu rumah tangga yang membawa jahitan ke rumah masing-masing, 3 tukang setrika, 11 orang anak-anak putus sekolah di bagian finishing, 4 orang tukang potong kain dan 2 orang bertugas sebagai kualiti kontrol.

“ Itu ada juga anak-anak magang yang tak tamat sekolah, ada juga yang sedang mengambil paket C. Anak-anak seperti inilah yang kita tampung, dilatih menjahit. Sehingga mereka bisa bekerja tanpa perlu ijazah. Itulah niat awal kita membantu anak-anak putus sekolah mendapatkan keahlian menjahit. Alhamdulillah, dalam waktu setahun lebih sudah berkembang sampai seperti sekarang. Bahkan ada satu perusahaan besar yang meminta dibuatkan 1.000 Wearpack (baju safety). Bukan hanya melayani perusahaan-perusahaan di Duri, kita juga menerima pesanan Wearpack dari daerah Jambi dan Palembang. Ini berkat dari kepuasaan pelanggan kita yang menyampaikan ke teman-temannya, buat Wearpack bagus, harga bersaing, bisa di Duri,’’ ungkap Suci.

Melalui Bekams waktu itu sekitar bulan Mei 2021, proposal yang diberikan akhirnya direspon PT CPI. Suci menerima bantuan 5 unit mesin jahit portable. Mesin jahit model inilah yang memang diinginkannya guna memudahkan mengajarkan anak-anak putus sekolah tersebut tentang ilmu menjahit yang up to date tanpa dipungut biaya. “ Kalau mesin jahit hitam yang lama itu model jahitnya lurus saja, sedangkan mesin jahit portable ini bisa dengan hasil yang beraneka ragam, bisa buat pola dan lainnya. Mesin jahit ini diberikan tanggal 27 Mei 2021,’’ katanya.

Yang sangat disyukurinya, meski PT CPI (Chevron Pasific Indonesia) beralih kelola ke PT PHR (Pertamina Hulu Rokan) pada 9 Agustus 2021, namun KUB Rumah Jahit Lestari tetap mendapatkan perhatian dan pembinaan. Melihat perkembangkan serta kemajuan KUB Rumah Jahit Lestari yang cukup signifikan dari bulan ke bulan, di mana dalam satu bulan mampu memproduksi sekitar 100 sampai 200 Wearpack, PT PHR kembali memberikan bantuan mesin jahit tambahan.

“ Dikarenakan kita belum punya mesin konveksi sendiri, waktu itu kita memaksimalkan tenaga penjahit dari luar. Makanya PHR pun menanyakan kenapa belum berproduksi di sini, saya jawab karena unit produksinya belum sanggup. Akhirnya oleh PHR, kita diminta untuk mengajukan apa-apa yang menjadi kebutuhan supaya anak didik semakin banyak, dan manfaat kepada masyarakat dalam meningkatkan ekonomi melalui menjahit semakin banyak pula. Alhamdulillah, diwujudkan PHR pada 24 Mei 2022 kemarin, tepat setahun KUB Rumah Jahit Lestari berdiri,’’ ujar Suci.

Kru yang merupakan anak-anak putus sekolah sedang bekerja menyelesaikan Wearpack.

Dengan bertambahnya 12 unit mesin jahit baru terdiri dari 7 unit mesin jahit (konveksi) besar, 1 unit mesin Obras besar, 1 unit mesin Neci, 1 unit mesin pasang kancing, 1 unit mesin jahit kaos dan 1 unit mesin potong besar, Suci mulai mendatangkan beberapa kru lagi untuk menunjang aktifitas pekerjaan dalam rangka meningkatkan angka produksi. Kru ini masing-masing mengoperasikan mesin konveksi besar, ditambah 14 orang ibu-ibu binaan yang membantu mengerjakan Wearpack di rumah mereka.

“ Dulunya ibu-ibu yang membantu saya ini hanya empat orang. Dari tanggal 27 September kemarin pesanan kita sudah mencapai 1.300 lebih Wearpack. PT Adhi Karya sebanyak 1.000, PT Sucofindo 132, PT PP, PT Karya Andalas Multi, PT Urawa, ada juga Sekolah Alam, dari Politeknik Bengkalis. Secara managemen kita diawasi dari Politeknik Bengkalis. Bentuk CSR-nya dari Pertamina ke Politeknik Bengkalis baru ke kita,’’ sebutnya.

Jumlah mesin jahit yang kini sudah 17 unit mampu menggenjot angka produksi Wearpack setiap bulannya. Dalam satu hari produksi dalam kisaran 30-40 Wearpack. Dari segi keuntungan yang diperoleh dari usaha jahit konveksi ini, sebut Suci lagi, tidak bisa banyak-banyak. Yang penting penjahit punya orderan dan punya uang untuk bayar kru. Salah satu faktor penting dari kualitas Wearpack yang diproduksi yaitu keberadaan tenaga kualiti kontrol yang bertugas mengawasi pekerjaan seluruh anggota hingga hasil akhir. “ Sebenarnya kita tidak pilih-pilih jahitan, tapi saat ini kita lebih fokus pada pesanan yang jumlahnya banyak,” katanya.

Untuk tingkat kesejahteraan para anggotanya, Suci mengakui belum seragam. Ada yang sudah sesuai UMR (Upah Minimum Regional), seperti tukang jahit, ada juga yang masih belum seperti anak-anak putus sekolah yang mendapatkan tugas finishing, memasang kancing dan sebagainya. Sementara itu untuk pengerjaan satu Wearpack setiap penjahit baik mendapatkan upah Rp. 60 ribu. Angka sebanyak itu sudah paling tinggi di Duri, di Jakarta paling tinggi Rp. 20 ribu. “ Jika mereka bisa mengerjakan rata-rata tiga satu hari, penghasilan yang didapat 180 ribu rupiah. Namun kebanyakan mereka bisa menyelesaikan lima Wearpack sehari. Kalau dikali sebulan bisa mencapai 9 juta rupiah. Luar biasa kan. Dalam waktu singkat mereka bisa beli hape, beli sepedamotor,’’ ungkapnya.

Dari 41 tenaga kerja yang bergabung dalam KUB Rumah Jahit Lestari, lebih dari 95 persen berasal dari tenaga kerja lokal. Sedangkan sisanya tenaga kerja dari luar yang memang dibutuhkan skilnya dalam menunjang produktifitas pekerjaan. Selain usaha menjahit, Suci juga melaksanakan program sosialnya sendiri yang sangat masyarakat sekitar tempat usahanya. Sebagai wujud syukur atas bantuan yang diberikan PT CPI/PT PHR lewat dana CSR-nya, KUB Rumah Jahit Lestari juga memberikan CSR untuk masyarakat dalam berbagai macam bentuk bantuan. Di antaranya memberikan pelatihan menjahit gratis diutamakan bagi anak-anak perempuan putus sekolah serta melatih ibu-ibu rumah tangga. Hasilnya 14 orang ibu-ibu itu. Setelah mahir ibu-ibu ini mengambil jahitan dikerjakan di rumah masing-masing. Bagi yang belum punya mesin hitam, Suci membelikannya dengan syarat diangsur tanpa memberatkan.

Selain itu, ada juga program sosial tahunan membuatkan baju bagi anak-anak panti asuhan. Bantuan perdana yang diberikan kepada 91 anak panti asuhan Al Jauhar, terdiri dari 40 perempuan (baju gamis) dan 51 laki-laki (baju koko putih, celana hitam). Baju diserahkan pada bulan Ramadhan 1444 H, tahun 2022 kemarin, 30 Mei jelang Lebaran. Dalam mempersiapkan 91 baju tersebut, Suci sudah jauh-jauh hari menyisihkan keuntungan dari setiap orderan Wearpack yang masuk. Sehingga dana yang terkumpul tersebut sengaja dialokasikan untuk bantuan baju buat anak panti asuhan.

“ Waktu itu orang PHR yang ikut saat penyerahan juga memberikan uang saku kepada anak-anak panti tersebut. Pihak panti asuhan sendiri terkejut dengan baju yang kita berikan untuk anak-anak mereka, tak menyangka. Target berikutnya kita akan siapkan baju untuk anak panti asuhan sebanyak 200 orang. Nanti panti asuhannya kita cari yang paling dekat dari lokasi usaha, setelah Al Jauhar,’’ ucap Suci.

Usaha sebesar KUB Rumah Jahit Lestari yang masih berumur setahun jagung ini ternyata luput dari pengetahuan masyarakat Kota Duri. Bahkan masyarakat kelurahan Pematang Pudu sendiri banyak tidak tahu tentang eksistensi KUB ini yang ekspor Wearpack-nya sudah antar propinsi. Suci mengakui ia selama ini tidak pernah mengeskpos usahanya melalui sosial. Ia memilh fokus pada peningkatan produksi usaha sembari melatih ibu-ibu yang mau belajar menjahit. Lokasi KUB Rumah Jaya Lestari yang persis di depan Simpang Ponpes Al Jauhar IKHD (Ikatan Keluarga Haji Duri) jalan menuju TPU Jambon, tidak begitu menonjol. Namun di tempat sederhana ini sudah menghasilkan ribuan Wearpack berkualitas untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang Migas, bisnis partner PT. PHR.

Sejak PT PHR membantu tambahan 12 mesin jahit, pesanan Wearpack meningkat tajam dari bulan ke bulan. Puluhan perusahaan, bahkan orang Cina memesan Wearpack ke KUB Rumah Jahit Lestari. Guna mengimbangi tingginya angka pesanan, Suci berencana menambah sedikitnya 2 tukang jahit lagi. Diperkirakan minggu depan sudah masuk.

Tukang jahit Wearpack andalan Suci Sustari yang bekerja maksimal meningkatkan produksi.

Tak hanya untuk anak panti asuhan, Suci juga membantu anak-anak sekolah umum yang kesulitan atau tak punya uang menjahit baju saat masuk jadi siswa baru. SDN 26 Mandau dan SMAN 4 Mandau, dua sekolah yang sejauh ini sudah diakomodir. Namun siswanya yang dibantu sesuai dengan rekomendasi pihak sekolah. “ Range bantuannya, sekolah yang menentukan. Mulai dari 25, 50, 75 persen hingga 100 gratis. Ada juga anak SMPN 9 Mandau yang kita berikan bantuan secara diam-diam. Kebetulan anak saya sekolah di sana, secara diam-diam dia saya suruh memantau siapa saja anak-anak di situ yang perlu dibantu. Waktu itu pernah ada kakak kelasnya sepatunya bolong, saya bilang suruh abang itu ke toko biar dikasih sepatu. Dia datang saja ajak ke toko, beli sepatu. Untuk bantuan spontanitas lainnya kalau ada warga meninggal di dekat-dekat rumah, saya langsung drop air minuman mineral beberapa karton ke rumah duka, sebagai wujud turut berbelasungkawa,’’ tuturnya.

Dalam upaya memberikan perlindungan terhadap kesehatan seluruh anggotanya, Suci berencana mendaftarkan mereka ke BPJS Kesehatan dan memberikan upah standar UMR. Keinginan itu sudah disampaikannya langsung ke pihak PT PHR, seraya Suci masih membutuhkan satu mesin bordir lagi. “ Sembari status KUB ini kita tingkatkan, nanti pembayaran BPJS Kesehatannya kita lakukan manual, kita yang bayarkan. Sekarang ini KUB masih dalam bentuk surat izin usaha dari pihak kelurahan. Kita memang punya niat menjadikan ini usaha berizin lengkap, supaya bisa mengembangkan saya bisnis ini lebih besar,’’ imbuhnya.

Peningkatan pesanan yang diperoleh KUB Rumah Jahit Lestari dari bulan ke bulan bukannya tanpa usaha, atau orang perusahaan datang sendiri minta dibuatkan Wearpack, melainkan berkat perjuangan keras suami Suci, Yan Syofyan yang senantiasa mendukung penuh. Mereka berkeliling mendatangi setiap kantor perusahaan di Duri. Berbekal semangat baja, ia datang sendirian mencari manager perusahaan-perusahaan membawa proposal penawaran jahit baju Wearpack. “ Biasalah orang perusahaan, setiap kita datang minta ketemu, pasti ada saja alasannya, manager keluar, tidak di tempat dan banyak alasan lainnya. Tapi saya gigih harus berjumpa siapa saja walaupun hanya anggotanya. Begitu ketemu saya paparkan tentang KUB Rumah Jahit Lestari, bahwa kami bisa membuat Wearpack berkualitas sesuai standar dengan pekerja orang-orang lokal.

Suci punya cita-cita besar membangun garmen di masa depan, mengakomodir seluruh Wearpack perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Duri, Dumai dan Rumbai. Dengan modal 50 mesin jahit besar, ditambah tenaga terampil penjahit berkualitas, ia yakin akan semakin banyak tenaga kerja lokal terakomodir, mampu meningkatkan perekomian masyarakat lokal. Namun usaha itu harus dilalui secara bertahap dari bawah, sembari menguatkan pondasi dan finansial yang tidak sedikit. “ Enam ribu Wearpack bisa kita produksi dalam sebulan, bahkan bisa memenuhi kebutuhan di propinsi lain,’’ tukasnya.

Saat turun meninjau, Kamis (13/10/22) lalu, Priawansyah, Analist Social Performance, PT PHR, terkejut akan kemajuan pesat yang dialami KUB Rumah Jahit Lestari. Awalnya yang hanya menyewa satu ruko, sekarang sudah menjadi 3 ruko. Tak hanya itu, Priawansyah makin terkesima hanya dalam tempo 17 bulan, KUB Rumah Jahit Lestari yang dikelola Suci Sustari sudah mempekerjakan 41 orang tenaga kerja lokal, sebagian besar anak-anak putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga. “ Yang saya suka dari beliau ini, dia mau cost sharing dengan kami. Beliau bilang mau mengembangkan kelompok usaha bersama. Dia kejar-kejar kita, lalu tiba-tiba kami kasih, lima mesin jahit (masa PT CPI). Dia sewa ruko, masih satu belum seperti ini (tiga ruko). Dia coba belajar-belajar menjahit, ternyata beliau tidak pandai menjahit. Mereka coba belajarnya di Youtube, khusus Wearpack, karena memang Wearpack ini susah,’’ ujar Priawansyah.

Untuk memulai usahanya Suci mencoba mencari orderan ke perusahaan-perusahaan, mitra bisnis PT PHR, tanpa rekomendasi dari PT PHR. Secara perlahan Suci mulai membeli sendiri mesin jahit baru guna menunjang produksi yang mulai meningkat. Sampai akhirnya pada masa PT PHR, KUB Rumah Jahit Lestari diberikan lagi bantuan beberapa mesin jahit baru. “ Karena kita lihat perkembangan KUB ini cukup bagus, maka kita masih perlu membantu mengembangkan usaha mereka, dengan menggandeng Polbeng. Saya sendiri surprise melihat kamajuan usaha ibuk ini. Sebab usaha ini perlu dipermak sedikit agar lebih bagus lagi,’’ ungkap Priawansyah.

Yang paling disukai Priwansyah dari Suci adalah keinginannya untuk berbagi dengan sesama, dengan merekrut anak-anak putus sekolah khususnya perempuan, dilatih cara menjahit dan diberdayakan, bergabung dengan KUB Rumah Jahit Lestari. “ Cara dia mengajar menjahit tidak seperti orang di dalam kelas, namun langsung on the job training. Anak-anak itu roling terus, dan saya minta sama beliau data semua anak-anak yang sudah ditraining. Dan dia pun bukan tipe orang yang memperkaya diri sendiri, namun mau membantu orang-orang yang susah,’’ paparnya.

Masih tidak percaya dengan pesatnya kemajuan yang dilakukan KUB Rumah Jahit Lestari, Priawansyah menilai ini salah satu binaan UMKM PT PHR yang luar biasa perkembangannya. Dalam tempo singkat sudah melatih 68 orang, anak-anak putus sekolah dan ibu-ibu rumah tangga. “ Ada sekitar enam bulan beliau ‘mengejar-ngejar’ kami. Pembelajaran juga bagi kami untuk tidak bernegatif thinking. Belajar dari bantuan yang sama seperti bisnis menjahit ini, banyak yang kami bantu tapi tidak berhasil, bisnisnya di mana, mesinnya entah dijual kami tak tahu,’’ ucap Priawansyah.

Berkaca dari bantuan yang sudah banyak diberikan selama ini sejak operator lama (PT CPI), ada yang berhasil, kebanyakan tidak, Priawansyah memandang sebelum dibantu harus dilihat dulu passion dari orang-orang atau kelompok-kelompok yang meminta bantuan tersebut. Terkadang orang-orang berlomba-lomba meminta bantuan karena iri orang lain dapat, kenapa mereka tidak. “ Awalnya saya tak percaya sama ibuk ini, kok tiap hari ditanyain terus. Rupanya jadi pula barang ini. Akhirnya beliau saya beri nasehat kepada beliau, nasehat pertama saya satu, percayalah dalam hidup ini rejeki tidak akan pernah tertukar. Ketika saya bantu kakak satu, kakak bantu orang lain lima itu baru hebat kakak. Itu yang saya bilang sama beliau. Dan beliau sepertinya sudah melakukannya. Dari sekian yang dibantu dalam hal yang sama, inilah yang paling berhasil. Dia bisa mengembangkan bisnisnya, dia juga bisa memberi manfaat bagi lain,’’ katanya.

Untuk jahitan Wearpack yang dibuat di Duri, diakui Prianwansyah, langka. Tak semua orang mampu mengerjakannya. Namun KUB Rumah Jahit Lestari bisa melakukannya, memproduksi dengan kualitas terjaga. “ Kalau dulu perusahaan mau beli Wearpack harus ke luar daerah atau minimal pesan di toko online, sekarang tak perlu pusing-pusing lagi, cukup datang ke KUB Rumah Jahit Lestari, pesan di sini tinggal pesan mau seperti apa,” tutupnya.(Yusrizal)