Di balik hijau pekarangan rumah yang sederhana, sebuah gerakan kecil di Kota Dumai telah melahirkan perubahan besar. Kelompok Sehati, yang merupakan binaan Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Dumai, telah berhasil memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk budidaya pertanian hidroponik. Inisiatif ini tak hanya memberi manfaat bagi pemenuhan gizi keluarga, tetapi juga turut berkontribusi dalam mengatasi masalah stunting dan gizi buruk di Kecamatan Dumai Timur.
Laporan: IRMEN SANI, Dumai
Sejak November 2022, ibu-ibu PKK di Kelurahan Tanjung Palas yang tergabung dalam Kelompok Sehati, mulai bercocok tanam dengan metode hidroponik. Mereka memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah untuk menanam berbagai jenis sayuran seperti pakcoy dan selada. Kini, tanaman hasil budidaya tersebut dimanfaatkan sebagai bagian dari penguatan gizi dalam program Posyandu Sehati.
Penanggung Jawab Kelompok Sehati, Jumi Sulistiani (37), mencoba mengingat kembali bagaimana semua ini bermula. Berawal dari rutinitas menimbang bayi di posyandu, dia menyadari bahwa banyak balita di sekitar mereka mengalami stunting. “Saya melihat banyak anak-anak yang berat badannya jauh di bawah standar,” kenang Yani begitu nama Ibu ini akrab disapa. “Sebagai tetangga, kami merasa terpanggil untuk membantu mereka.”
Dari keprihatinan itulah, muncul ide untuk membudidayakan tanaman hidroponik. “Hidroponik ini kan tidak butuh lahan yang luas dan perawatannya juga tidak terlalu sulit,” jelas Yani. “Kami pikir, ini bisa menjadi solusi untuk menyediakan makanan bergizi bagi balita-balita stunting.”
Perjalanan kelompok Sehati dalam membudidayakan hidroponik dimulai dari skala yang sangat kecil. Hanya dengan beberapa rak sederhana dan beberapa jenis sayuran, mereka memulai eksperimen. Namun, seiring berjalannya waktu, antusiasme dan semangat mereka semakin membesar.
“Awalnya kami hanya coba-coba, tapi ternyata hasilnya sangat bagus,” ujar Yani. “Sayuran hidroponik yang kami tanam tumbuh subur dan kualitasnya sangat baik.”
Yani menuturkan bahwa awalnya ia memulai hidroponik dengan hanya 40 lubang tanam. Namun, berkat dukungan dari PT KPI Unit Dumai, kini ia memiliki 400 lubang tanam yang tersebar di tiga instalasi hidroponik. “Awalnya kami menanam sekadar untuk kebutuhan sendiri, tetapi sekarang kami bisa menghasilkan lebih banyak dan ikut berkontribusi dalam program Posyandu. Selain itu, budidaya ini juga membantu perekonomian keluarga,” ungkapnya.
Teknologi hidroponik dipilih karena beberapa keunggulannya, seperti efisiensi penggunaan air dan lahan, serta kemampuan menghasilkan sayuran berkualitas tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Namun, untuk menjalankan sistem hidroponik, dibutuhkan energi listrik yang cukup.
Menjawab tantangan tersebut, Kilang Pertamina Dumai bersama Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid berkapasitas 2,2 kWp dan penyimpanan daya 5 kWh. Panel surya ini secara khusus disediakan untuk kelompok hidroponik Sehati.
Di sinilah peran panel surya menjadi sangat penting. Dengan memasang panel surya, mereka berhasil menghasilkan listrik yang cukup untuk mengoperasikan pompa air, lampu pertumbuhan tanaman, dan peralatan elektronik lainnya seperti mixer dan blender.
Energi surya tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan kemandirian energi bagi posyandu.”Kami tidak perlu lagi khawatir akan gangguan listrik,” tambah Yani. “Panel surya ini sangat membantu kami dalam menjalankan program Kelompok Sehati.” Seraya menambahkan dari hasil bertani hidroponik, ibu-ibu di Kelompok Sehati bisa memperoleh tambahan penghasilan sekitar Rp 1 juta per bulan dan membantu mengurangi biaya operasional listrik hingga Rp 2,5 juta per tahun.
Makanan Bergizi untuk Balita
Kelompok Sehati merupakan gabungan dari 13 Posyandu di Kelurahan Tanjung Palas dan Jaya Mukti yang masing-masing beranggotakan lima orang. Mereka tidak hanya fokus pada pertanian hidroponik, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai program untuk mengatasi gizi buruk di wilayah tersebut.
Pertanian hidroponik merupakan salah satu fokus utama Kelompok Sehati. Inovasi ini tak hanya diterapkan di satu wilayah, melainkan sudah dikembangkan diantaranya 2 lokasi di Kelurahan Jaya Mukti dan 3 lokasi di Tanjung Palas. Dengan sistem hidroponik, mereka mampu memproduksi sayuran segar tanpa membutuhkan lahan yang luas, sehingga sangat sesuai dengan kondisi perkotaan yang semakin padat.
Kini, Kelompok Sehati telah memiliki ratusan lubang tanam hidroponik. Berbagai jenis sayuran seperti selada dan pakcoy tumbuh segar di perkarangan rumah. Untuk menjaga kualitas tanaman, mereka menggunakan alat pengukur TDS dan pH untuk mengontrol nutrisi yang diberikan pada tanaman.
“Kami ingin memastikan bahwa sayuran yang kami produksi benar-benar berkualitas dan aman dikonsumsi oleh balita,” tegas Yani.
Sayuran-sayuran ini dipanen setiap sebulan sekali. Sebagian diolah menjadi makanan pendamping ASI yang bergizi bagi balita. Sebagian hasil panen dijual untuk menambah dana operasional posyandu.
Bukan hanya di bidang pertanian, Kelompok Sehati juga membudidayakan ikan lele dan patin, yang kemudian diolah menjadi makanan seperti bakso dan nugget. Selain itu mereka juga memproduksi makanan tambahan seperti cookies dan brownies berbahan dasar sorgum. Sorgum dipilih karena kandungan zat besinya lebih tinggi dibandingkan beras, sehingga sangat membantu anak-anak yang mengalami gizi buruk
Makanan olahan ini tak sekadar untuk konsumsi komersial, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan gizi balita di wilayah tersebut. “Ini adalah salah satu upaya kami untuk membantu meningkatkan gizi balita di sini, terutama yang mengalami gizi buruk,” ungkapnya.
Hingga saat ini, dari 24 anak yang termonitor mengalami gizi buruk, 10 anak di antaranya sudah berhasil terentaskan dari kondisi tersebut. Kelompok Sehati secara aktif memberikan makanan tambahan bagi balita di Posyandu setiap bulannya. Namun, untuk balita yang berada di Bawah Garis Merah (BGM), makanan tambahan diantarkan langsung ke rumah setiap hari, guna memastikan asupan gizi mereka terpenuhi secara optimal.
“Sayuran hidroponik ini sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak-anak,” ujar salah seorang ibu yang anaknya mengikuti program Posyandu. “Anak saya sekarang lebih sehat dan nafsu makannya juga bertambah.”
Sementara itu, Ketua TP PKK Kelurahan Tanjung Palas Kecamatan Dumai Timur yang juga Pembina Kelompok Sehati, Siti Maharani mengungkapkan bahwa program hidroponik ini tidak hanya memberikan manfaat bagi kesehatan balita, namun juga mendorong semangat gotong royong dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut dia, KPI Unit Dumai memiliki andil besar dalam keberhasilan program ini. Tidak hanya memberikan bantuan berupa fasilitas hidroponik, perusahaan juga aktif memberikan pelatihan kepada kader Posyandu. “PT KPI Unit Dumai juga ikut serta memantau perkembangan dan memberikan masukan agar program kelompok berjalan dengan baik,” tambah Rani.
Hasil dari program hidroponik ini tidak hanya berupa sayuran segar, namun juga telah diolah menjadi produk-produk makanan yang menarik, seperti beraneka ragam cookies sorgum dan brownies. Selain itu, terdapat pula bakso dan nugget yang terbuat dari olahan patin dan lele hasil budidaya. Produk-produk ini tidak hanya lezat, tetapi juga kaya akan nutrisi dan telah diterima dengan baik oleh masyarakat.
“Program hidroponik Posyandu Sehati telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat sekitar. Selain meningkatkan gizi masyarakat, program ini juga telah memberdayakan masyarakat, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong perekonomian lokal,” pungkasnya.
Siti Maharani berharap program serupa dapat terus dikembangkan dan diperluas ke posyandu-posyandu lainnya. “Dengan bekerja sama, kita bisa mengatasi masalah stunting dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita,” tutupnya.
Agustiawan, Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit Dumai, menjelaskan bahwa PT KPI Unit Dumai terus berkomitmen dalam mendukung program pemerintah untuk mengentaskan stunting dan gizi buruk melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Upaya ini diwujudkan melalui kegiatan Posyandu Sehati yang fokus pada peningkatan kesehatan balita dan ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Kecamatan Dumai Timur.
Melansir dari Kementerian Kesehatan, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mencatat prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk PT KPI Unit Dumai, yang turut berperan aktif dalam membantu menurunkan angka stunting dan gizi buruk di wilayah ring satu operasional mereka.
“Program pembinaan Posyandu Sehati ini menjadi bagian dari komitmen PT KPI Unit Dumai dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan, dengan fokus pada lingkungan dan kesejahteraan masyarakat,” tegas Agustiawan.
Dalam rangka mencapai target penurunan stunting, PT KPI Unit Dumai menjalankan serangkaian program yang mencakup pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta pemantauan gizi balita dan ibu hamil. Setiap bulan, kegiatan ini meliputi pengukuran berat badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas (LILA) ibu hamil, memastikan kondisi gizi mereka terus dipantau dan ditingkatkan.
“Melalui program ini, kami berhasil mengentaskan 10 dari 24 anak yang sebelumnya mengalami stunting dan gizi buruk,” ungkap Agustiawan. Selain itu, PT KPI Unit Dumai juga mendorong kemandirian masyarakat melalui pelatihan budi daya hidroponik yang terintegrasi dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off-grid berkapasitas 2,2 kWp. Program ini dilaksanakan sebagai bagian dari inisiatif Desa Energi Berdikari (DEB) yang semakin memperkuat daya saing kelompok masyarakat.
Monica Dean, ahli gizi dari PT KPI Unit Dumai, menekankan pentingnya masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dalam upaya pencegahan stunting. Dalam sebuah edukasi yang diselenggarakan baru-baru ini, Monica menekankan bahwa periode sejak konsepsi hingga anak berusia dua tahun merupakan jendela emas untuk membangun pondasi kesehatan yang kuat bagi generasi mendatang.
“Stunting tidak hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak dan potensi anak di masa depan,” ujar Monica. Ia menjelaskan bahwa pada masa HPK, otak anak berkembang sangat pesat dan nutrisi yang cukup sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan optimal.
Salah satu poin penting yang disampaikan Monica adalah pentingnya konsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil dan menyusui. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia yang berisiko meningkatkan risiko stunting pada bayi. Selain itu, Monica juga kembali mengingatkan pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh sehat dan memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit.
“Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik untuk masa depan anak,” tegas Monica. Ia menambahkan bahwa ASI juga dapat memperkuat ikatan antara ibu dan anak serta meningkatkan kecerdasan anak.
Program Posyandu Sehati yang dijalankan PT KPI Unit Dumai ini sejalan dengan implementasi nilai-nilai Environmental, Social, dan Governance (ESG) serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 2 tanpa kelaparan (zero hunger) dan poin 3 kehidupan sehat dan sejahtera (good health and well being). Melalui inisiatif-inisiatif tersebut, PT KPI Unit Dumai berharap dapat terus berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat Dumai Timur.
Pertamina Jadi Pioner Energi Bersih
Selain berperan aktif dalam membantu menurunkan angka stunting dan gizi buruk di wilayah ring satu operasional mereka. KPI Dumai juga berkomitmen terhadap penyediaan transisi energi bersih dan terbarukan. Langkah tersebut diwujudkan program TJSL dengan membangun Desa Energi Berdikari (DEB) di berbagai penjuru Indonesia, termasuk Kota Dumai.
PT KPI Unit Dumai Bersama Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) dan PT Pertamina (Persero) melakukan aktivasi Desa Energi Berdikari (DEB) berbasis Pembangkit Tenaga Listrik (PLTS) dengan membangun panel surya untuk kelompok hidroponik Sehati Kelurahan Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur.
PLTS off-grid dengan kapasitas 2,2 kWp & 5 kWh battery storage ini diharapkan dapat menjadi sumber energi bersih dan berkelanjutan bagi kegiatan kelompok tersebut.
“Pertamina grup bersinergi untuk membangun desa-desa di Indonesia dengan menyediakan energi baru dan terbarukan (EBT). Apa yang kami berikan ini menjadi bentuk komitmen Pertamina untuk menghidupkan dan mengenalkan energi terbarukan ke masyarakat sebagai alternatif pengganti energi fossil,” kata Agustiawan.
Dengan adanya PLTS ini, kelompok hidroponik Sehati kini dapat mengoperasikan sistem hidroponiknya dengan lebih efisien dan hemat biaya. Diperkirakan, kelompok tani ini dapat menghemat hingga Rp 2,5 juta per tahun untuk tagihan listrik. Selain itu, penggunaan energi surya juga turut mengurangi emisi karbon sebesar 3,120 ton CO2 equivalent per tahun.
Program DEB yang digagas oleh Pertamina telah berhasil mengimplementasikan 85 proyek di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan berbagai sumber energi terbarukan seperti biodiesel, biogas, mikrohidro, PLTS, dan PLTMH. Lebih dari 27 ribu orang telah merasakan manfaat dari program ini, dan total pengurangan emisi karbon mencapai angka yang sangat signifikan, yaitu 729.127 ton CO2 equivalent per tahun.
“Pertamina berkomitmen untuk menjadi perusahaan energi yang berkelanjutan,” tegas Agustiawan. “Melalui program DEB, kami ingin menunjukkan bahwa energi bersih dan terbarukan dapat menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi berbagai tantangan lingkungan dan sosial,” pungkasnya.***
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.