PELALAWAN (DUMAIPOSNEWS.COM) —- Tidak semua warga Kabupaten Pelalawan bisa menikmati aliran listrik selama 24 jam,dimana masih ada terdapat kelurahan dan desa di daerah bermotto Tuah Negeri Seiya Sekata belum menikmati listrik setiap harinya. Bilamana saat ini dialami masyarakat Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar hidup tanpa listrik 24 jam penuh.
Ketika malam tiba, bukan cahaya lampu yang mengisi gelapnya lingkungan, melainkan kerinduan akan kehidupan yang lebih terang. Sejak 31 tahun yang lalu, mereka (warga, red) terpaksa bergantung pada sumber penerangan lain, seperti lampu minyak atau genset yang tidak selalu bisa diandalkan. Bagi warga Teluk Dalam, listrik bukan sekadar penerang malam, tetapi simbol harapan dan kemajuan. Di tengah ketidakpastian hidup, mereka selalu menantikan perubahan yang bisa menghadirkan kehidupan yang lebih layak.
” Ya, kita sudah tiga dekade menunggu penerangan listrik 24 jam, tapi sampai saat ini tidak kunjung keinginan tersebut tercapai. Padahal penerangan itu sangat dibutuhkan warga. Terutama anak-anak butuh belajar dengan baik, para petani butuh energi untuk mengolah hasil bumi mereka, dan kami ingin merasakan kehidupan yang setara dengan daerah lain,” ujar Ketua Forum Masyarakat Kuala Kampar (FMKK) Agustian kepada Dumaiposnews.com, Kamis (20/2) kemarin.
Kehidupan kesulitan ini semakin terasa saat dunia bergerak maju dan hampir semua sektor kehidupan membutuhkan akses terhadap listrik yang stabil. Namun Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten Pelalawan masih terabaikan dalam hal tersebut. Masyarakat setempat tidak hanya merasakan dampak pada kehidupan pribadi, tetapi juga pada perekonomian lokal yang sangat bergantung pada teknologi. Warga sangat berharap agar suatu hari nanti mereka bisa menikmati kehidupan yang lebih baik, seiring dengan janji pemerintah untuk menghadirkan pembangunan dan pemerataan di seluruh pelosok negeri. Baik, listrik dengan kabel bawah tanah maupun pengadaan mesin listrik yang baru dan KVA yang besar.
” Harapan kami hanya satu, menikmati listrik 24 jam. Agar anak-anak bisa belajar dengan baik, agar kami bisa berkembang dan agar masa depan kami bisa lebih cerah. Kalau juga tidak terealisasi dalam waktu dekat ini. Sebelum Ramadhan ini, kami warga Penyalai akan melakukan aksi dengan jumlah massa yang lebih banyak lagi. Lebih banyak dari 13 tahun silam yang pernah kami sampaikan juga. Pokoknya tak perdulilah, apakah kabel bawah laut atau darat, yang penting warga ingin listrik harus menyala 24 jam,” ujarnya.
Agustian menambahkan, bahwa pihaknya sudah mengajukan surat resmi kepada PT PLN (Persero) UIW Riau & Kepri, memohon agar Sub-Ranting Teluk Dalam segera dioperasikan dengan listrik 24 jam. Surat tersebut, yang ditandatangani oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, pegawai negeri, pengusaha, dan masyarakat setempat, menjelaskan bahwa wilayah mereka sudah siap untuk menerima penerangan 24 jam. Selain itu, beban daya PLN di Sub-Ranting Teluk Dalam sudah mencapai 1000 kW (1 MW), dengan sembilan mesin genset yang ada, serta banyaknya karyawan PLN yang mendukung.
” Sudah seharusnya kami menikmati listrik yang setara dengan daerah tetangga kami seperti Sokoi, Tanjung Batu Kepri Topang, dan Teluk Buntal Kabupaten Meranti, yang sudah lebih dulu menikmati listrik 24 jam. Dalam surat tersebut, kita mengajukan agar pengoperasian dimulai pada 23 Februari 2025, bertepatan dengan awal bulan suci Ramadhan, sehingga memudahkan kehidupan warga muslim yang sebagian besar berada di daerah tersebut. Kita berharap pengajuan ini diterbitkan dengan baik oleh pihak PLN, “tutupnya.(naz)