Dumaiposnews.com – Fenomena alam Hari Tanpa Bayangan sedang menjadi perhatian publik di Indonesia. Fenomena yang disebut sebagai equinox terjadi pada Rabu 21 Maret 2018. Saat tengah hari, Matahari akan berada tepat di atas sebuah objek, maka akan menciptakan fenomena nir bayangan.
Penjelasan fenomena Hari Tanpa Bayangan itu, menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, bisa menjadi edukasi publik tentang dampak kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap bidang orbit Bumi. Thomas menjelaskan bagaimana kemungkinan fenomena Hari Tanpa Bayangan bisa membungkam gagasan Bumi Datar.
“Penjelasan fenomena tersebut tidak bisa dijelaskan dengan konsep Bumi Datar,”
Profesor astronomi dan astrofisika itu mengatakan, kemiringan sumbu rotasi Bumi menyebabkan Matahari tampak berubah posisi dari selatan ke utara dan kembali lagi ke selatan.
“Ketika posisi Matahari di langit sama dengan lintang tempat suatu kota, pada tengah hari Matahari tepat berada di atas kepala, sehingga benda tegak bayangannya jatuh di dasar benda tersebut. Bayangan tidak akan tampak,” jelasnya.
Dampak dari pergeseran periodik Matahari itu, kata Thomas, menyebabkan perubahan pemanasan Bumi sehingga terjadi perubahan musim. Tandanya perubahan suhu di daerah lintang tinggi dan perubahan arah angin serta daerah pembentukan awan.
Hari Tanpa Bayangan (equinox ) https://t.co/unMPQfAGWu pic.twitter.com/AaEoh6uGez
— Dumai Pos News (@Dumaiposnews) March 21, 2018
“Perubahan tersebut menyebabkan perubahan musim di Indonesia dengan adanya musim hujan dan kemarau,” tuturnya.
Hari nir bayangan tidak hanya terjadi di Pontianak atau kota-kota yang dilewati garis ekuator saja, melainkan dapat terjadi di kota-kota yang berada di antara 23,4 Lintang Selatan dan 23,4 Lintang Utara. (ase/viva)