Nyawa Utama Migas Transisi New Zero Emission 2060

Fidel Rezki Fajry Analyst Power System Operation menjelaskan pada media terkait Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dibangun di lahan PT Pertamina Hulu Rokan di Mandau berdampak positik pada lingkungan

 

Kongkowkuy

MEMASTIKAN keandalan pasokan listrik Wilayah Kerja (WK) Rokan sebagai bukti nyata mendukung keberlanjutan Blok Migas terbesar menyumbang 25 persen dari total produksi minyak nasional. Pertamina Hulu Rokan (PHR) meningkatkan inovasi dan kepedulian pada lingkungan agar kebutuhan tenaga listrik tidak berkurang dan mampu meningkatkan produksi minyak dan gas.

Laporan : Miswanto, Dumai

Untuk diketahui Kebutuhan listrik dan uap WK Rokan mencapai 400 Mega Watt (MW) dan 335 ribu barrel steam per day (MBSPD). Pasokan listrik dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan produksi minyak di sumur aktif supaya terhenti. Sebab, sehari saja tanpa listrik maka produksi minyak mentah mengalami penurunan signifikan serta kerugian negara triliunan rupiah. Untuk mengantisipasi agar operasional tetap terjaga PHR dan Pertamina NRE (PNRE) membangun penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pada 24 Oktober 2024 media berkesempatan turun ke PHR Mandau, Bengkalis untuk melihat PLTS yang membentang dilahan seluas 17,2 hektar bersama Fidel Rezki Fajry Analyst Power System Operation dan Ari Nursah Emran Analyst Energy Solution & Business Support serta Ivran Amriadi Team Manager Power System Operations.
Panel solar telah terpasang didataran tinggi dan rendah sebanyak 64.000 keping 100 persen buatan dalam negeri menghasilkan listrik 25 Mega Watt (MW) untuk mendukung kegiatan operasi di Blok Rokan. Pembangunan panel surya di WK Rokan memiliki keunggulan lokasi geografis sangat berpotensi untuk energi surya dengan mengedepankan teknologi fotovoltaik tersebut, kini panel terpasang di ground-mounted serta di atap bangunan (rooftop).

Kemudian energi surya ditangkap, kemudian dikonversikan melalui inverter sehingga energi listrik tersebut selanjutnya digunakan di WK Rokan untuk mendukung kegiatan operasi. Dengan penggunaan PLTS terjadi pengurangan pemakaian bahan bakar (fuel gas) sebesar 352 MMSCF per tahun sert penghematan biaya operasi mencapai Rp8,4 miliar pertahun.
Didalam ruang kendali mereka secara gamblang menjelaskan PLTS dibangun di Duri Gate 1-1 dengan daya 4,28 Megawatt peak, PLTS Duri Gate 1-2 daya yang dihasilkan 4,70 MWp, PLTS Duri Sinabung sebesar 3,96 MWP, PLTS Duri Singgalang 1 daya dihasilkan sebesar 3,16 MWp dan PLTS Duri Singgalang 2 menghasilkan dana 2,20 MWp.

Kata Rezki melanjutkan selain Duri, PLTS juga dibangun di area Dumai seluas 2,2 hektar menghasikan daya 1,99 MWp atau 5100 pcs, lain itu di Rumbai dibangun pada area 8 hektar terdiri dari PLTS Rumbai Groundmounted dengan daya 4,81 MWp atau 14.700 pcs dan PLTS Rumbai Rooftoop daya 0,70 MWp dengan jumlah panel solar 1.885 pcs.

Pertamina sebagai pemimpin transisi energi mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan, utamanya untuk bisnis eksisting melalui solar panel di kompleks PHR. PLTS tersebut kata pria berkaca mata lensa putih bertujuan mendukung operasional di wilayah kerja Rokan, sebagai salah satu showcase penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan juga memiliki manfaat dalam mendorong optimalisasi bisnis.

Karena sifatnya ramah lingkungan, lanjut Rezki pada jangka panjang, PLTS ini bakal menurunkan emisi hingga 23 ribu ton CO2 per tahun, diikuti pengurangan pemakaian bahan bakar gas sebesar 352 jutaan metrik standar kaki kubik (MMSCF) per tahun. Sedangkan saat ini perharinya terjadi penurunan CO2 reduction mencapai 45,856 kiloton (kt).

“PLTS ini kini beroperasi dalam mendukung ketahanan energi baru terbarukan dan bukan sekedar tren global,”kata Ivran menambahkan.
Untuk biaya pembangunan PLTS ini, jelas mereka, ya, sekitar senilai 20 juta US dollar.

Pembangunan PLTS ini sekaligus mempercepat transisi energi dan target dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025 serta mencapai net zero emissions tahun 2060 dengan jangka menengah 41 persen di tahun 2030.Lain itu membantu mengurangi pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim.

Pasokan Listrik Gak Boleh Mati

Sejalan dengan beralihnya Blok Rokan ke pangkuan Indonesia maka PHR merupakan perusahaan semi plat merah per tanggal 9 Agustus 2021 lalu mendadapatkan tambahan amunisi pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas North Duri Cogen sebesar 300 MW.
Pasokan listrik dan uap merupakan hal krusial dalam pengoperasian Blok Rokan, terutama terkait produksi terus berjalan selama 24 jam. Jenis minyak di Blok Rokan sangat kental sehingga membutuhkan uap untuk memproduksinya. Untuk mendorong produksi minyak Blok Rokan, pasokan listrik dan uap dari PLN jangan sampai terganggu bahkan tidak boleh mati. Kalau ini terjadi, maka bakal terjadi pembekuan minyak dan untuk proses selanjutnya membutuhkan cost besar.
“Oleh karena itu, kita wanti wanti soal pasokan listrik tersebut, makanya peran PLTS sangat penting mendukung operasional supaya ketika persoalan listrik PLN terjadi, tenaga listrik dari panel solar dapat membantu,”tutur Ivran Amriadi Team Manager Power System Operations.

PLN sudah mengaliri listrik dan uap ke WK Rokan mulai 2021 pukul 00.00 WIB berbarengan beralihnya pengelolaan blok terbesar kedua RI ini.
PLN telah mengakuisisi saham perusahaan pembangkit existing melistriki WK Rokan PLTG North Duri Cogen 300 MW didukung PLTG Minas dan Central Duri sebesar 130 MW.
Saat ini Blok Rokan mendapat pasokan listrik dan uap dari integrated power system yang meliputi fasilitas utama 3 power generation, yakni Minas Gas Turbine, Central Duri Gas dan North Duri Cogen (NDC).

Tenaga listrik tersebut mandukung operasional Blok Rokan merupakan salah satu blok minyak terbesar di Indonesia dengan luas 6.220 kilometer sudah tereksploitasi sebanyak 80 lapangan dengan jumlah 11.000 sumur aktif dengan jumlah sumur terbesar.

Bentangan solar panel menyerap panas bumi yang kemudian menghasilan tenaga listrik untuk mendukung operasional PHR

 

Komitmen Mengurangi Emisi

PHR merupakan anak usaha subholding upstream PT Pertamina (Persero) semakin tertarik dengan kehandalan PLTS untuk mendukung operasional bisnisnya dan sebagai komitmen Pertamina Group dalam mengurangi emisi dan pemanfaatan energi baru terbarukan.

Karena inilah salah satu solusi utama dalam upaya global mengurangi emisi karbon dan beralih ke energi terbarukan. Tentunya dengan semakin mendesaknya kebutuhan mengurangi dampak perubahan iklim, penggunaan panel surya menjadi kebutuhan energi sehari-hari, baik di rumah tangga maupun industri, menjadi langkah strategis ramah lingkungan.

Fadjar Djoko Santoso mantan pegawai Sekretariat Kepresidenan kini sebagai Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) ketika diminta tanggapan terkait PLTS secara gamblang menjelaskan PLTS memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi utama menghasilkan listrik.

Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas untuk menghasilkan daya listrik salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca di dunia. Dengan memasang PLTS di rumah atau fasilitas komersial, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil signifikan menurunkan emisi karbon karena menurutnya panel surya menawarkan solusi bersih dan berkelanjutan.

Sedangkan PLTS dirancang, kata alumni lulusan Ilmu Jurnalistik Universitas Padjadjaran ini untuk menghasilkan listrik dari sinar matahari, tanpa menghasilkan emisi selama prosesnya.
PLTS memiliki tingkat efisiensi yang terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi, berarti lebih banyak energi dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah dan tanpa emisi tambahan. Penggunaan panel surya tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi emisi karbon langsung dari proses pembangkitan listrik, tetapi membantu mengurangi polusi udara dan dampak lingkungan.

Penggunaan panel surya untuk kebutuhan listrik mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas dan merusak lingkungan.

“Pembakaran batu bara, misalnya hanya menghasilkan karbon dioksida tetapi juga menghasilkan polutan sulfur dioksida dan merkuri yang mencemari udara dan air,”jelas pria kelahiran Cimahi ini.

Tabur Benih Energi Bersih

Sebagai perusahaan Migas, PHR juga menjamin ketahanan energi nasional, dengan memanfaatkan tenaga surya untuk menopang kebutuhan listrik dalam kegiatan operasional.

Dibawah panas bumi kini terlihat panel surya terpasang untuk menyuplai energi bersih di wilayah tersebut.

Kolaborasi sinergis antara Sub Holding Power & New Renewable Energy, Pertamina NRE dan subholding upstream, Pertamina Hulu Energi telah melahirkan raksasa energi surya berkapasitas 25 Megawatt Peak (MWp) di bumi Lancang Kuning, Riau.

Ini sebuah langkah yang berani, dan menjadi bukti atas komitmen PHR terhadap keberlangsungan lingkungan lewat pemanfaatan energi matahari, untuk mendukung target Net Zero Emission 2060.

Manager PGT Operation, Winarto ketika menemui media menjelaskan PLTS WK Rokan tidak hanya memproduksi daya aktif, tetapi juga memasok daya reaktif untuk sistem kelistrikan PHR sehingga dapat membantu menjaga stabilitas jaringan listrik.

“PLTS ini mampu mengurangi emisi karbon hingga 28.444 ton per tahun, setara dengan penanaman 3,2 juta pohon, sehingga memberikan kontribusi signifikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim,” ujar pria low profile ini.

Operasional PLTS menjadi salah satu faktor meningkatkan peringkat ESG Environmental, Social, and Governance Pertamina Group berhasil meraih peringkat pertama dunia tahun 2023 di sub industri Integrated Oil and Gas.
Dengan adanya PLTS WK Rokan, Pertamina menunjukkan komitmennya dalam mendukung energi terbarukan dan berkontribusi terhadap lingkungan yang lebih bersih dan hijau.

Tidak hanya di lapangan terbuka, panel surya juga di pasang atap kantor-kantor sayap selatan dari Kantor Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Rumbai merupakan bagian dari 64.000 panel PLTS di lahan seluas 28,16 hektare.
Namun yang pasti, PHR berpartisipasi mendukung pemerintah melalui grand strategi energi nasional guna mempercepat transisi energi dengan target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan sebesar 23 persen di 2025.

Menekan Resiko Pemanasan Global

Transisi energi ini bukan merupakan ancaman melainkan upaya untuk menekan risiko pemanasan global yang berpotensi mengancam kehidupan di masa mendatang merupakan jalan menuju transformasi sektor energi global menjadi nol karbon atau dekarbonisasi.

“Transisi energi ini menjadi topik yang diangkat dalam presidensi G20 Indonesia yang mana menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukan kepada dunia atas dukungan terhadap transisi energi yang dapat dilihat lewat prototipe dan dukungan finansialnya, sehingga dapat direplikasikan dalam sejumlah program sejenis lainnya,” ungkapnya kata Fadjar Djoko Santoso Vice President Corporate Communication Pertamina.

PHR mendapat amanah yang sangat besar, dan ditantang dengan target sangat tinggi serta dipercaya negara sebagai wilayah kerja untuk penerapan sejumlah program perbaikan dan inovasi sebagaimana yang dilakukan pada saat ini.

Perlu diketahui, Indonesia sangat kaya akan energi terbarukan dengan potensi lebih dari 400.000 MW. Lima puluh persen di antaranya, atau sekitar 200.000 MW, adalah potensi energi surya. Kini, pemanfaatan energi surya sendiri baru sekitar 150 MW atau 0,08% dari potensinya. Padahal, Indonesia adalah negara khatulistiwa yang seharusnya bisa menjadi panglima dalam pengembangan energi surya.

Pemanfaatan potensi tersebut terbuka dan harganya murah dari waktu ke waktu, terutama PLTS, seiring pembiayaan untuk bisnis energi fosil semakin diperketat.

Pengembangan PLTS atap yang ditargetkan sekitar 3.600 MW secara bertahap hingga tahun 2024/2025 berpotensi mengurangi biaya bahan bakar per unit kWh sebesar Rp7,42 kWh dengan nilai rupiah gas total yang dapat dihemat sebesar Rp4,12 triliun per tahun.

Lebih lanjut kata pria yang 15 tahun menjajaki kakinya di pers kepresidenan ini, pemasangan PLTS merupakan langkah nyata dalam mendukung upaya global mengurangi emisi karbon. Dengan memanfaatkan panel surya sebagai sumber energi utama, kita tidak hanya mengurangi dampak buruk dari pembakaran bahan bakar fosil, tetapi juga berkontribusi pada masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

PHR Dukung Aksi Selamatkan Bumi

Sebagai negara memiliki potensi menjadi pemimpin dalam upaya iklim lobal, dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar dimiliki mendorong pengembangan industri yang berkelanjutan.

Joko Widodo ketika masih menjabat Presiden RI pernah menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi hijau yang melimpah, mencapai lebih dari 3.600 GW. Salah satunya dalam bentuk PLTS dan PLTS apung terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon. Hutan mangrove Indonesia saat ini terbesar dan terluas di dunia mencapai 3,3 juta hektare yang mampu menyerap karbon 8 sampai 12 kali lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis.

“Ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, tapi juga tentang bagaimana mencitptakan kesejahteraan bagi rakyat, kesejahteraan yang berlekanjutan bagi rakyat. Jangan meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission dan berkontribusi bagi dunia yang lebih hijau,” katanya.

Selanjutnya PHR sebagai salah satu anak perusahaan di bawah subholding upstream mengemban tugas memastikan keberlanjutan itu berjalan. Tak hanya itu, PHR berkomitmen dalam penggunaan energi hijau (green energy) salah satu ikhtiarnya adalah membangun PLTS yang terbentang seluas 28,2 hektare (Ha).

“Keberadaan PLTS tentunya sangat membantu dalam mengurangi pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim,” kata Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto
Pria berambut plontos ini melanjutkan PHR turut andil dalam menjaga konservasi alam dan pelestarian habitat Gajah Sumatra (Elephants maximus sumatranus) di sekitar wilayah operasi di WK Rokan. Upaya konservasi Gajah Sumatra diperkuat dengan Program Agroforestri yang melibatkan masyarakat di sekitar area jelajah gajah liar.

Katanya, PHR mendorong pemulihan habitat gajah dengan menanam tanaman pakan di area perlintasan gajah. Selain itu menanam tanaman yang rendah gangguan atau tidak disukai gajah namun bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat.

Lain itu katanya lagi, program agroforestri ini memiliki manfaat yang multi dimensi. Selain mendukung pengurangan jejak karbon melalui penanaman pohon, gerakan ini sekaligus menjaga keanekaragaman hayati, memberdayakan ekonomi masyarakat serta memperbesar ruang agar gajah dapat hidup harmonis berdampingan masyarakat.

PHR mendukung konservasi mangrove di Dumai dan sudah berjalan sejak 2022 dengan luas kawasan awal 2.6 Hektare, namun saat ini terus berkembang mencapai 24 Hektare pada tahun 2024. Selain berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, konservasi mangrove bahkan telah menciptakan sirkular ekonomi sebagai ekoeduwisata.
Yang menariknya Kawasan Mangrove Bandar Bakau ini kerap didatangi peneliti dari luar negeri diprediksi karena mampu mengurangi emisi karbon hingga 1.268 Ton CO2Eq atau setara emisi dari 845 kendaraan
Kata Rudi menjelaskan biogas yang dimanfaatkan berasal dari kotoran ternak yang diolah menjadi energi alternatif. Pada 2023, inovasi pengolahan energi terbarukan ditingkatkan, tidak lagi hanya menggunakan kotoran sapi, namun energi juga dihasilkan dari kotoran kambing, limbah ampas tahu bahkan kotoran manusia.

Dianugerahi Energi Surya Melimpah

Sebagai negara khatulistiwa, Indonesia menjadi negara tropis dianugerahi potensi energi surya melimpah. Menurut data Kementerian ESDM Indonesia memiliki potensi energi surya hingga 3.294 Gigawatt-peak (GWp) memiliki 3.400-20.000 GWp potensi energi surya yang bisa dikelola dalam PLTS.
Bila potensi itu dimanfaatkan, maka kebutuhan listrik untuk 100 tahun ke depan dapat terpenuhi karena akan menghasilkan energi listrik hingga 27.000 Terawatt-hour (TWh) per tahunnya. Dengan banyaknya potensi tersebut, pengembangan PLTS menjadi hal yang perlu perhatian.

Fidel Rezki Fajry Analyst Power System Operation PHR dan Ari Nursah Emran Analyst Energy Solution & Business Support serta Ivran Amriadi Team Manager Power System Operations menambahkan pengembangan PLTS Rokan memberikan manfaat sebagai garda terdepan Pertamina Group dalam mengembangan EBT.

PLTS di Wilayah Kerja (WK) Rokan dengan kapasitas terpasang 25,7 MW. WK Rokan dikenal sebagai penyangga produksi minyak bumi nasional karena kontribusinya mencapai 25 persen dari jumlah produksi minyak bumi nasional serta dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah mendukung pembangunan berkelanjutan, berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional.
Pembangunan PLTS Rokan merupakan wujud dari upaya diversifikasi energi sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan mencegah risiko perubahan iklim. PLTS berada di Rumbai, Duri, dan Dumai ini juga mendukung pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian pemerintah dalam memanfaatkan sumber EBT.

Selain itu, pembangunan PLTS Rokan dapat menjadi ajang untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi baru seperti teknologi penyimpanan energi atau peningkatan efisiensi panel surya. PLTS Rokan dimanfaatkan PHR dalam mendukung kegiatan operasionalnya.

“Kami mengambil pendekatan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan terhadap energi melalui pembangunan PLTS di WK Rokan. Tidak hanya memanfaatkannya untuk kebutuhan operasional, namun juga menjaga agar terjadi pengurangan emisi karbon sebanyak 23 ribu ton per tahun dan dapat mengurangi pajak karbon,” katanya.

Tidak hanya mendukung kegiatan operasional di Wilayah Kerja (WK) Rokan, PLTS Rokan juga memberikan manfaat lain, misalnya membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

Dalam tahap peak project beberapa waktu lalu, PLTS terbesar di ladang minyak dan gas ini dapat memberdayakan 386 pekerja lokal.***

sumber : wawancara langsung dan berbagai sumber